News Update :

Wah! Google Jadi Inspirasi Bobol Bank

Selasa, 06 Maret 2012

Wah! Google Jadi Inspirasi Bobol Bank
AP
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Erwin Adrian
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Hauman Cs, pelaku pembobol ratusan juta rupiah uang nasabah di Bengkulu, yang ditangkap Polsekta Pasar Jambi, mengaku mendapat ide dari internet.
Diberitakan sebelumnya, aparat Polsek Pasar Jambi mengungkap sindikat pemalsuan data nasabah bank.
Enam tersangka yang  ditangkap, memalsukan data identitas calon korbannya, dengan modus memberikan hadiah kepada calon korban. Aksi ini terungkap sebelum para tersangka menggondol uang di rekening korbannya.
Menurut Hauman, ide itu muncul saat dia membaca berita kasus yang pernah terjadi di Bali. Ide tersebut ia lakukan dengan lebih dulu merencanakannya bersama rekan-rekannya.
"Saya lihat kasus-kasus dari internet. Saya pelajari berita-berita di google. Dari mencari nomor-nomor rekening di bank-bank daerah di tong sampah, sampai melakukan pencarian data calon korban, semua saya tahu dari internet," kata Hauman, yang ditemui di Mapolsekta Pasar Jambi, Selasa (6/3/2012).
Aksi Hauman Cs berakhir di Kota Jambi, sebelum berhasil menggondol uang nasabah Bank Jambi. Rencana beraksi di Kalimantan Tengah pun batal.
Padahal, kata Hauman, nomor rekening dan buku tabungan calon korbannya di Kalimantan sudah ada. Menurut Hauman, aksi mereka baru berhasil di Bengkulu, dengan korbannya bernama Kasman. (*)

Editor: Yaspen Martinus  |  Sumber: Tribun Jambi
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

67 Orang Palestina Ditangkap di Garut

67 Orang Palestina Ditangkap di Garut
SERAMBI/ZAKI MUBARAK
Anak-anak Myanmar yang terdampar di Kecamatan Dewantara, Aceh Utara Rabu (1/2/2012).
Laporan Wartawan Tribun Medan, Machmud Mubarok
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Aparat Kepolisian Perairan (Polair) Polres Garut mengamankan 67 orang imigran gelap asal Palestina, Selasa (6/3/2012) dini hari.
Mereka diamankan di kawasan Kampung Cipanglembuan, Desa Sancang, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat. Mereka diduga hendak menyeberang ke Pulau Christmas Australia untuk mencari suaka politik.
Kapolres Garut AKBP Enjang Hasan Kurnia mengatakan, ke-67 imigran terdiri dari 25 pria dewasa, 18 perempuan, dan 24 orang anak-anak yang enam di antaranya bayi dan balita.
"Alhamdulillah kondisi mereka semuanya sehat. Mereka belum sempat menyeberang ke laut. Mereka ditangkap di darat," kata Enjang saat dihubungi melalui ponselnya, Selasa (6/3/2012).
Dijelaskan Enjang, para imigran gelap tersebut ditangkap dalam perjalanan menggunakan bus pariwisata PO Budiman dengan pelat nomor Z 7658 MC, di kawasan Cibalong, Selasa sekitar pukul 02.00 WIB.
Berdasarkan keterangan salah satu imigran yang bisa berbahasa Inggris, kata Enjang, bus yang mengangkut para imigran tersebut berangkat dari Cengkareng, Jakarta, Senin (5/3/2012) sekitar pukul 14.00 WIB.
Bus, lanjutnya, tak langsung menuju Garut, melainkan memutar menggunakan jalur lintas pantai selatan, dan transit lebih dulu di Pantai Cipatujah, Tasikmalaya sekitar pukul 01.00 WIB.
Para imigran gelap itu rencananya ditampung sementara di Hotel Cempaka Garut, sambil terus berkoordinasi dengan pihak Imigrasi. (*)

Editor: Yaspen Martinus  |  Sumber: Tribun Jabar
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Mantan Wali Kota Pematangsiantar Divonis Delapan Tahun

Mantan Wali Kota Pematangsiantar Divonis Delapan Tahun
Ist
ilustrasi
Laporan Wartawan Tribun Medan, Sofyan Akbar
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Elfrida Hutapea, istri mantan Wali Kota Pematangsiantar Robert Edison (RE) Siahaan, tak kuasa menahan air mata saat mendengar hakim memvonis suaminya delapan tahun penjara.
Putusan tersebut dibacakan Ketua Majelis Hakim Jonner Manik di Pengadilan Tipikor PN Medan, Selasa (6/3/2012).
RE Siahaan menjadi terdakwa korupsi APBD dan P-APBD Pematangsiantar tahun 2007 senilai Rp 10,5 miliar. Ia juga wajib membayar denda Rp 100 juta. Jika tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan empat bulan.
Wali Kota Pematangsiantar periode 2005-2010 juga harus membayar uang pengganti sebesar Rp 7.710.631.000.
Jika tidak dibayar dalam sebulan, maka harta benda RE Siahaan akan disita jaksa dan dilelang. Jika nilainya tidak cukup, maka RE Siahaan dipidana kurungan selama empat tahun.
RE Siahaan terbukti secara sah dan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama, seperti yang tertuang dalam dakwaan subsider.
Yakni, melanggar pasal 3 jo pasal 18 UU 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dengan UU 20/2001 jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP. RE Siahaan langsung menyatakan banding.
"Saya akan banding, karena seperti yang sudah kita dengar tadi, putusan hakim tidak sesuai keterangan saksi," ujar RE Siahaan, yang diamini penasihat hukumnya.
Sedangkan jaksa KPK Irene Putrie mengatakan pikir-pikir atas keputusan hakim. Pada sidang sebelumnya, Irene menuntut RE Siahaan dengan hukuman 10 tahun penjara, karena terbukti melakukan korupsi APBD Kota Pematangsiantar tahun anggaran 2007 sebesar Rp 10,5 miliar. (*)

Editor: Yaspen Martinus  |  Sumber: Tribun Medan
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Perempuan Muda Aceh Mengaku Dihipnotis di Bandung

Perempuan Muda Aceh Mengaku Dihipnotis di Bandung
SERAMBI INDONESIA/DEDE ROSADI
Aisyah Rahayu (23) mengaku jadi korban hipnotis di Bandung, Jawa Barat, Minggu (4/3/2012) lalu. Ia baru sadar ketika sudah ada di Ketapang Indah, Aceh Singkil, Selasa (6/3/2012). 
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Dede Rosadi
TRIBUNNEWS.COM, SINGKIL - Seorang perempuan berkerudung yang mengenakan baju lengan panjang hitam dan jins, menjadi perhatian warga Ketapang Indah, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil.
Pasalnya, perempuan muda bernama Aisyah Rahayu mengaku menjadi korban hipnotis di Bandung, Jawa Barat pada Minggu (4/3/2012) lalu, hingga seluruh harta bendanya hilang.
Anehnya, dua hari kemudian atau Selasa (6/3/2012) sore, Aisyah sudah ada di Aceh Singkil. Ais, begitu lah perempuan yang diperkirakan berumur 23 tahun, mengaku biasa dipanggil.
Ia kuliah semester VI di Depkes Banda Aceh, jurusan perawat gigi. Sudah sebulan belakangan ia indekos di rumah milik Agus Mainar, di depan TVRI Banda Aceh. 
Namun, saat ditanya nomor telepon siapa yang bisa dihubungi, ia menjawab tidak ingat. Kejanggalan lainnya, ia mengaku kehilangan seluruh harta bendanya akibat hipnotis.
Tapi, di saku celananya masih ada ponsel Nokia, tanpa SIM card. Warga pun tak ia perkenankan melihat isi ponsel tersebut.
Keganjilan lainnya, ia mengaku mengaku lahir dan besar di Aceh Besar, tapi ketika diajak bicara bahasa Aceh, Ais tak bisa.
Ais hanya lancar bercerita jika ditanya kronologis hipnotis yang dialaminya. Menurut aisyah, kisah hipnotis yang menimpanya berawal pada Minggu (26/2/2012) malam.
Kala itu, ia berangkat ke Bandung menggunakan bus, untuk bertandang ke rumah temannya bernama Eis (26). Seminggu di tempat sahabatnya itu, pada Senin (4/3/2012) malam, Ais pulang naik mobil jurusan Medan.
Dalam kendaraan yang masih berada di Bandung, ia mengaku diberi air mineral oleh sopir. Dari situlah Aisyah mengaku kena hipnotis.
Keterangan Aisyah dinilai warga tak masuk logika. Sebab, perjalanan Banda Aceh-Bandung lalu tiba di Singkil, butuh waktu seminggu.
Bila ditambah tinggal di Bandung selama seminggu, seharusnya Aisyah ada di Singkil paling cepat akhir pekan ini.
"Kami bingung mendengar jawabannya. Dia tidak bawa identitas apa-apa, ditanya juga aneh-aneh jawabannya," kata Jasmuddin, Kepala Desa Ketapang Indah.
Setelah larut malam, Aisyah dibawa ke Mapolres Aceh Singkil. Warga tidak mau berbagi tempat tinggal, untuk menampung perempuan misterius itu. (*)

Editor: Yaspen Martinus  |  Sumber: Serambi Indonesia
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Satpol PP Lembur Antisipasi Demo Petani

Satpol PP Lembur Antisipasi Demo Petani
Tribunnews.com/Bian Harnansa
Aparat Satpol PP menertibkan beberapa kios PKL di Jalan Tebet Barat Raya, Jakarta Selatan, Selasa (10/1/2012). 
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ali Anshori
TRIBUNNEWS.COM, KETAPANG - Puluhan petugas Satpol PP berseragam lengkap, terpaksa harus lembur mengamankan sejumlah kantor pemerintahan, Selasa (6/3/2012) malam.
Itu dilakukan menyusul rencana aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh petani pir trans PT Benua Indah Group (BIG).
Sejumlah kantor yang terlihat dijaga oleh petugas satpol PP tersebut di antaranya adalah, kantor Dinas Perkebunan, kantor bupati Ketapang, dan kantor DPRD Ketapang. Tiga kantor ini rencananya menjadi tujuan massa melakukan aksi.
Sementara, massa yang mencapai ratusan orang saat ini menginap di depan kantor DPRD Ketapang. Mereka terpaksa memasang tenda di depan kantor rakyat tersebut, lantaran petugas satpol PP tidak mengizinkan mereka masuk, meski sekadar untuk menyimpan kendaraan.
Sejauh ini kondisi di sekitar tiga kantor tersebut masih kondusif. Massa terlihat mulai beristirahat di bawah tenda. Namun, ada beberapa massa lain yang tidur di tepi jalan, dan di beberapa penginapan di Ketapang. (*)

Editor: Yaspen Martinus  |  Sumber: Tribun Pontianak
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Mantan Kapolda Sulsel Sebar Duit

Mantan Kapolda Sulsel Sebar Duit
MABES POLRI/Aiff Syaifullah
Irjen Mudji Waluyo melakukan salam komando dengan Irjen Pol Johny Wainal Usman, seusai sertijab Kapolda Sulawesi Selatan di Ruang Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (2/3/2012). 
Laporan Wartawan Tribun Timur, Edi Sumardi
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Mantan Kapolda  Sulsel Irjen Johny Wainal Usman meminta maaf di hadapan seribuan prajurit TNI AD di Markas Kodam VII Wirabuana, Selasa (6/3/2012).
"Saya selaku pribadi memohon maaf atas kesalahan yang penah saya buat," kata Johny.
Wakil Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh prajurit TNI AD dan Pangdam VII Wirabuana Mayjen Muhammad Nizam.
Ia mengharapkan jalinan hubungan baik antara TNI dengan Polri yang telah dirajut selama 18 bulan menjabat kapolda, dapat dilanjutkan Kapolda Irjen Mudji Waluyo.
"Polda adalah rekan kerja terdekat," ujar Nizam seraya mengharapkan jalinan hubungan dapat dijaga, di mana dan kapan saja.
Sebelum berpisah, Nizam mengajak Johny menyanyi bersama di atas panggung hiburan yang dipersiapkan sebelumnya.
Seusai bernyanyi bersama, Johny menyapa sebagaian prajurit sambil memberi uang lembaran Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu, yang diambil dari kantong celananya sendiri.
Nizam juga memberi uang, namun tampak tak sebanyak lembaran yang diberikan Johny. Saat pembagian uang, panggung hiburan nyaris roboh karena prajurit berebutan menarik uang dari genggaman Johny.
Pada akhir acara, Johny menghamburkan uang pecahan Rp 50 ribu sebanyak puluhan lembar ke udara. Suasana pun gaduh karena rebutan uang. Prajurit tampak riang setalah diguyur hujan duit dari sang jenderal. (*)

Editor: Yaspen Martinus  |  Sumber: Tribun Timur
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Setelah Bunuh Nyamuk, Erson Meninggal

Setelah Bunuh Nyamuk, Erson Meninggal
POS KUPANG/JUMAL HAUTEAS
Jenazah Elias Erson
Laporan Wartawan Pos Kupang, Jumat Hauteas

TRIBUNNEWS.COM, LABUAN BAJO - Melakukan fogging tanpa masker, membawa petaka bagi Elias Erson (33). Warga Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT ini meninggal setelah melaksanakan tugas membunuh nyamuk di Waemata, Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo.
Sumber Pos Kupang di Puskesmas Labuan Bajo mengatakan, pada Selasa (6/3/2012) pagi, Erson masih terlihat sehat. Setelah bangun tidur, ia bergegas melakukan fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk di Waemata.
“Dia melakukan fogging mulai dari jam 06.00 WITA, sebelum temannya datang. Ada satu alat fogging yang disimpan di rumahnya. Saya sempat bercanda dengan dia, bahwa hari ini mulai fogging dari atas baru ke sini. Dia masih balas bercanda. Setelah temannya datang, mereka dua melakukan fogging dengan dua alat. Mereka berhenti pada pukul 11.00 WITA,” kata sumber itu.
Kepala Puskesmas Labuan Bajo, dr Maria Elisabeth melalui dr Joan Octavia, saat ditemui Selasa malam, menjelaskan, Erson dilarikan ke puskesmas pada pukul 13.30 WITA, dengan keluhan nyeri pada lambung. Saat tiba, Erson muntah-muntah.
Erson mendapat pertolongan, yakni dipasang infus dan diberikan obat-obatan. Namun, tidak ada perubahan.
“Kondisi Erson mulai menurun sehingga saya ambil tindakan memasang oksigen. Tingkat kesadarannya terus menurun, kemudian keluar busa dari mulut. Karena terus muntah, saya memberikan suntikan obat anti muntah. Dan, muntahnya berhenti," jelas Octavia.
Bersamaan dengan tingkat kesadaranya menurun, muncul kebiruan dari jari-jari kaki dan tangan. Warna kebiruan menyebar ke tubuh. "Erson menghembuskan nafas terakhir pada pukul 16.30 WITA," ujar Octavia.

Editor: alfons nedabang  |  Sumber: Pos Kupang
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Nelayan Sudah Merasakan Dampak Rencana Kenaikan BBM

Laporan Wartawan Tribun Medan, Indra Gunawan Sipahutar

TRIBUNNEWS.COM,DELISERDANG - Nelayan Pantai Labu, Deliserdang, Sumatera Utara, sudah merasakan dampak kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak), dalam beberapa waktu terakhir ini.
Kodinator HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia), Sanusi mengatakan walaupun masih sekedar wacana di tingkat pusat kenaikan BBM para nelayan sudah dampak kenaikan khususnya bahan-bahan perawatan perahu.
" Nelayan selalu kena imbasnya, walaupun minyak belum naik tapi barang-barang lain sudah mengalami kenaikan"ujar Sanusi.
Dikatakan nelayan saat ini sudah merasakan kenaikan berupa kayu. Kayu merantu sekarang harganya mencapai Rp 130 ribu per keping, padahal awalnya  Rp 110 ribu. Begitu juga dengan kayu leban harganya mencapai Rp 150 ribu perpotong padahal harga awalnya hanya Rp 75 ribu. Paku harga awalnya Rp 25 ribu menjadi Rp 28 ribu.

Editor: Romualdus Pius  |  Sumber: Tribun Medan
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Wakapolri Janji Polisi Brengsek Ditindak Tegas

Wakapolri Janji Polisi Brengsek Ditindak Tegas
TRIBUNNEWS.COM Wakapolri, Komjen Pol Nanan Sukarna (kedua dari kiri) 
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) Komisaris Jendral Polisi (Komjen Pol) Nanan Sukarna menegaskan, tidak ada lagi oknum melindungi intsitusi, begitupun sebaliknya tidak boleh lagi institusi melindungi oknum. Hal itu diungkapkan Nanan di Mapolda Jabar, Selasa (28/2) menanggapi video 'Tawar Menawar Tilang Polisi' yang diunggah seseorang bernama Prajnamu dan diduga dilakukan oleh oknum anggota Polantas di Bandung.
Disebutkannya, setiap tahun Polri memecat 300 sampai 500 orang. Meski begitu, kata Nanan, polisi itu bukan malaikat atau Robocop. Jadi tidak sempurna, melakukan kesalahan hal yang manusiawi. Secara struktural Polri sudah komitmen untuk tidak melakukan pungutan liar (pungli).
"Tapi kalau manusiawi atau perorangan, ya kita tindak. Istilahnya polisi brengsek. Ditindak tegas! Kalau memang ada sejauh mana kesalahannya, ya dihukum. Masih layak jadi polisi, paling dihukum. Kalau sudah enggak layak, kita pecat. Itu komitmen kami. Kalau ada anggota yang maksa-maksa, catat namanya. Laporkan kepada saya, kapolda atau Irwasda. Sms ke saya boleh: 0811877878," ujar Nanan.
Masyarakat diminta untuk menunjukan dan melaporkan oknum polisi yang pungli dan sebagainya kepada Propam. Harapan Nanan, kalau ada polisi yang minta pungli jangan kompromi. Bila menemukan kasus pungli, Nanan menyuruh masyarakat mendokumentasikannya, foto langsung di tempat kejadian. Polri akan memprosesnya dan tidak dilindungi lagi. Komitmen Polri saat ini, tidak ada lagi oknum melindungi institusi, tidak boleh lagi institusi melindungi oknum. Itu komitmen Polri Saat ini dan masyarakat hendaknya membantu guna menegakkan komitmen tersebut.
"Bilang, jangan pungli saya, tilang saja saya Pak. Jangan minta tolong punya sepuluh ribu perak, lima ribu perak. Masyarakat juga harus memiliki kesadaran agar tidak berbuat kesalahan lagi melanggar lalu lintas," kata Nanan.
Polda Jabar menyesalkan tindakan oknum polisi yang menerima pungli yang adegannya diduga sengaja direkam oleh seseorang yang terkena tilang yang menggunakan kamera handphone. Video diunggah oleh prajnamu pada 16 Oktober 2011. Video itu diduga pula diambil di salah satu kawasan Kota Bandung. Video itu berdurasi sekitar 2 menit 42 detik yang saat Tribun melihatnya kembali, sekitar pukul 17.00, Selasa (28/2), video tersebut sudah dilihat oleh 47.829 orang. Adegan dalam gambar bergerak menggunakan bahasa Sunda itu diberi judul 'Tawar Menawar Tilang Polisi di Bandung'
Kabidhumas Polda Jabar Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan video salah satu oknum Polantas di Bandung yang ada dalam adegan video tersebut kini sudah ditangani oleh Polrestabes Bandung. Meski begitu, Polda Jabar ikut turun tangan membantu menyelidiki sosok oknum polisi yang terekam dan videonya beredar di dunia maya via Youtube.
"Masuk wilayah hukum Polrestabes Bandung. Tapi, Propam Polda Jabar akan turut menangani. Kami kecewa dan prihatin. Ini mencoreng institusi Polri. Kami perhatikan, dari badge yang menempel di lengan kiri, oknum polisi itu berasal dari Polrestabes Bandung, ada tulisannya," ujar Martinus.
Identitas pengunggah dari video dengan nama Prajnamu belum diketahui, begitu pun perekam dari video tersebut. Polisi belum menemukan kaitan antara perekam dan pengunggah.
Dari bukti video, oknum polisi terlihat masih berusia muda. Mengenakan seragam polisi lalu lintas lengkap dengan rompi hijau daun menyala, badge di lengan kiri polisi ini terdapat tulisan: POLRESTABES BANDUNG. Badge yang tertempel di lengan kiri itu juga bertuliskan: POLDA JABAR.
Menjelang akhir video, seseorang yang dari suaranya terdengar seorang pria yang kena tilang itu memberikan 'uang damai'. Tangan kanan oknum Polantas itu menyambut selembar uang kertas diduga pecahan Rp 20 ribu dari tangan orang yang diduga kena tilang tersebut. Saat bersamaan tangan polisi itu mengembalikan STNK. Di latar belakang, tampak seorang petugas polantas pria yang terlihat lebih tua usianya.

Editor: Rachmat Hidayat  |  Sumber: Tribun Jabar
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Perabot Rujab Ketua DPRD Makassar Sengaja Dihilangkan

Laporan Wartawan Tribun Timur, Edi Sumardi

TRIBUNNEWS.COM,MAKASSAR - Kalangan aktivis NGO menyebut, perabot Rumah Jabatan Ketua DPRD Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sengaja dihilangkan.
Pihak yang dinilai bertanggungjawab atas hilangnya perabot tersebut adalah sekretariat daerah dan sekretariat DPRD. Oleh karena itu mereka diminta untuk mencari dan mengembalikan perabot tersebut.
Project Officer Transparency International Indonesia Sulsel, Muhammad Haekal mengatakan, jika perabot rumah jabatan hilang berarti ada unsur kesengajaan sebab rumah jabatan dilengkapi tenaga pengamanan sehingga tak memungkinkan terjadi pencurian dalam jumlah besar.
"Sepertinya ada desain untuk menghilangkan perabot," ujar Haekal, Selasa (6/3/2012).
Menurut Haejak perabot tersebut tak boleh hilang sebab dibeli menggunakan APBD. Tak hanya itu, perabot telah menjadi aset daerah. Pengelolaan aset daerah harus dilakukan secara profesional.

Editor: Romualdus Pius  |  Sumber: Tribun Timur
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Label

 

© Copyright Dayat News 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.